Megawati Minta Rakyat Bandingkan Kondisi Negara


BOGOR -- Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Megawati Soekarnoputri, meminta rakyat Indonesia untuk membandingkan kondisi negara saat ini dengan saat ia menjabat sebagai presiden RI. "Rakyat bisa membandingkan sendiri bagaimana saat Megawati menjadi Presiden dengan sekarang," kata Megawati dalam orasi politik di hadapan sekitar 20.000 simpatisan PDIP di Lapangan Sempur, Kota Bogor, Jawa Barat, Jumat (03/4).

Namun Megawati tidak merinci lebih jauh perbedaan kondisi yang ia maksudkan tersebut. Ia mengatakan, jika PDIP menang dalam Pemilu Legislatif 2009 nanti, ia akan makin mantap untuk melaju pada Pemilihan Presiden.

"Apa yang sudah dikerjakan sebelumnya, bisa dilanjutkan lagi. Banyak hal yang sekarang tidak bisa dilakukan, nanti bisa dikerjakan," katanya.

Ia mengajak para pendukungnya untuk meraih kembali kemenangan PDIP setelah pada Pemilu 2004 lalu partai berlambang kepala banteng bermoncong putih ini mengalami penurunan

Pendidikan dan Karier Megawati

karier


  1. Anggota Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (Bandung), (1965)
  2. Anggota DPR-RI, (1993)
  3. Anggota Fraksi DPI Komisi IV
  4. Ketua DPC PDI Jakarta Pusat, Anggota FPDI DPR-RI, (1987-1997)
  5. Ketua Umum PDI versi
  6. Munas Kemang (1993-sekarang) PDI yang dipimpinnya berganti nama menjadi PDI Perjuangan pada 1999-sekarang
  7. Wakil Presiden Republik Indonesia, (Oktober 1999-23 Juli 2001)
  8. Presiden Republik Indonesia ke-5, (23 Juli 2001-2004)

Perjalanan pendidikan


  1. SD Perguruan Cikini Jakarta, (1954-1959)
  2. SLTP Perguruan Cikini Jakarta, (1960-1962)
  3. SLTA Perguruan Cikini Jakarta, (1963-1965)
  4. Fakultas Pertanian UNPAD Bandung (1965-1967), (tidak selesai)
  5. Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (1970-1972), (tidak selesai)


Presiden Republik Indonesia ke-5, Megawati Soekarnoputri lahir di Yogyakarta, 23 Januari 1947. Sebelum diangkat sebagai presiden, beliau adalah Wakil Presiden RI yang ke-8

Karier Politik Megawati

Jejak politik sang ayah berpengaruh kuat pada Megawati. Karena sejak mahasiswa, saat kuliah di Fakultas Pertanian Universitas Pajajaran, ia pun aktif di GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia).

Tahun 1986 Pergantian tampuk pimpinan pemerintahan Indonesia.

Tahun 1986 ia mulai masuk ke dunia politik, sebagai wakil ketua PDI Cabang Jakarta Pusat. Karier politiknya terbilang melesat. Mega hanya butuh waktu satu tahun menjadi anggota DPR RI.

Tahun 1993 Dalam Kongres Luar Biasa PDI yang diselenggarakan di Surabaya 1993, Megawati terpilih secara aklamasi sebagai Ketua Umum PDI.

Tahun 1996 Namun, pemerintah tidak puas dengan terpilihnya Mega sebagai Ketua Umum PDI. Mega pun didongkel dalam Kongres PDI di Medan pada tahun 1996, yang memilih Soerjadi sebagai Ketua Umum PDI.

Mega tidak menerima pendongkelan dirinya dan

Kehidupan awal Megawati


Megawati adalah anak kedua Presiden Soekarno yang telah memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Ibunya Fatmawati kelahiran Bengkulu di mana Sukarno dahulu diasingkan pada masa penjajahan belanda. Megawati dibesarkan dalam suasana kemewahan di Istana Merdeka.


Dia pernah menuntut ilmu di Universitas Padjadjaran di Bandung (tidak sampai lulus) dalam bidang pertanian, selain juga pernah mengenyam pendidikan di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (tetapi tidak sampai lulus).


Karier politik Mega yang penuh liku seakan sejalan dengan garis kehidupan rumah tangganya yang pernah mengalami kegagalan. Suami pertamanya, seorang pilot AURI, tewas dalam kecelakaan pesawat di laut sekitar Biak, Irian Jaya. Waktu itu usia Mega masih awal dua puluhan dengan dua anak yang masih kecil. Namun, ia menjalin kasih kembali dengan seorang pria asal Mesir, tetapi pernikahannya tak berlangsung lama. Kebahagiaan dan kedamaian hidup rumah tangganya baru dirasakan setelah ia menikah dengan Moh. Taufiq Kiemas, rekannya sesama aktivis di GMNI dulu, yang juga menjadi salah seorang penggerak PDIP.

Transkrip Wawancara KBR 68H 11 Sep 2007

Transkrip Wawancara KBR 68H 11 Sep 2007

Kalau melihat Ibu Mega, diam adalah emas. Di tahun 2009, apakah memang dibutuhkan figur seperti itu, Pak Wimar?

2009 membutuhkan figur seperti SBY yaitu santun, decent, baik tapi mempunyai ketajaman mengambil keputusan dan kemampuan untuk berkomunikasi dengan publik mengenai program bukan mengenai persona. Jadi, saya tidak melihat dari Megawati itu bagaimana tapi dari apa yang diperlukan di tahun 2009. Kalau Anda tanya Megawati, Megawati sangat bagus dalam statement yang umum, mendasar seperti ’Saya bersedia menjadi presiden’, ’NKRI harus dipertahankan’, ’Aceh harus merdeka’ , tapi kalau operasional dia menjadi kurang efektif.

Kalau melihat frustasi masyarakat terhadap figur SBY sehingga kemudian dalam beberapa bulan terakhir muncul figur-figur alternatif. Bagaimana Anda melihatnya?

Frustasinya sebenarnya bukan pada SBY tapi terhadap pasangan SBY-JK ataupun terhadap pemerintahan SBY-JK. Ingat, sebelum SBY berpasangan dengan Jusuf Kalla,

Penjelasan Megawati Soal Lepasnya Sipadan

Sipadan-Ligitan diputuskan Mahkamah Internasional masuk Malaysia di era Presiden Megawati


Mantan Presiden Megawati Soekarnoputri berbicara keras mengenai dugaan  pencaplokan wilayah Indonesia oleh Malaysia pada Rabu lalu. Belakangan, komentar Megawati mengundang fakta lama soal lepasnya Sipadan-Ligitan ke tangan Malaysia di masa Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan ini menjadi Presiden.

Hari ini Megawati kembali berbicara mengenai perbatasan. Dia juga menyempatkan diri menjelaskan lepasnya Sipadan-Ligitan ke tangan Malaysia di masa pemerintahannya.

"Saya ingat bahwa ada yang mengatakan itu kesalahan pemerintahan Ibu Megawati," kata Mega. "Tapi kronologinya tidak dijelaskan bahwa sebenarnya saya waktu itu sudah menerima persoalan (yang) sudah masuk pada zaman Pak Harto ke Mahkamah Internasional," katanya di kantor Dewan Pimpinan Pusat PDIP, Jalan Lenteng Agung, Jakarta, Jumat 14 Oktober 2011.

Jadi, kata Mega, saat dia jadi Presiden, persoalan itu

Megawati Presidenku

 Megawati Soekarnoputri lahir di Yogyakarta, 23 Januari 1947. Sebelum diangkat sebagai presiden, beliau adalah Wakil Presiden RI yang ke-8 dibawah pemerintahan Abdurrahman Wahid. Megawati adalah putri sulung dari Presiden RI pertama yang juga proklamator, Soekarno dan Fatmawati. Megawati, pada awalnya menikah dengan pilot Letnan Satu Penerbang TNI AU, Surendro dan dikaruniai dua anak lelaki bernama Mohammad Prananda dan Mohammad Rizki Pratama.


Pada suatu tugas militer, tahun 1970, di kawasan Indonesia Timur, pilot Surendro bersama pesawat militernya hilang dalam tugas. Derita tiada tara, sementara anaknya masih kecil dan bayi. Namun, derita itu tidak berkepanjangan, tiga tahun kemudian Mega menikah dengan pria bernama Taufik Kiemas, asal Ogan Komiring Ulu, Palembang. Kehidupan keluarganya bertambah bahagia, dengan dikaruniai seorang putri Puan Maharani. Kehidupan masa kecil Megawati dilewatkan di Istana Negara. Sejak masa kanak-kanak, Megawati sudah lincah dan suka main bola bersama saudaranya Guntur. Sebagai anak gadis, Megawati mempunyai hobi menari dan sering ditunjukkan di hadapan tamu-tamu negara yang berkunjung ke Istana.


Wanita bernama lengkap Dyah Permata Megawati Soekarnoputri ini memulai pendidikannya, dari SD hingga SMA di Perguruan Cikini, Jakarta. Sementara, ia pernah belajar di dua Universitas, yaitu Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran, Bandung (1965-1967) dan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (1970-1972).

Kendati lahir dari keluarga politisi jempolan, Mbak Mega -- panggilan akrab para pendukungnya -- tidak terbilang piawai dalam dunia politik. Bahkan, Megawati sempat dipandang sebelah mata oleh teman dan lawan politiknya. Beliau bahkan dianggap sebagai pendatang baru dalam kancah politik, yakni baru pada tahun 1987. Saat itu Partai Demokrasi Indonesia (PDI) menempatkannya sebagai salah seorang calon legislatif dari daerah pemilihan Jawa Tengah, untuk mendongkrak suara.

Masuknya Megawati ke kancah politik, berarti beliau telah mengingkari kesepakatan keluarganya untuk tidak terjun ke dunia politik. Trauma politik keluarga itu ditabraknya. Megawati tampil menjadi primadona dalam kampanye PDI, walau tergolong tidak banyak bicara. Ternyata memang berhasil. Suara untuk PDI naik. Dan beliau pun terpilih menjadi anggota DPR/MPR. Pada tahun itu pula Megawati terpilih sebagai Ketua DPC PDI Jakarta Pusat.