Transkrip Wawancara KBR 68H 11 Sep 2007

Transkrip Wawancara KBR 68H 11 Sep 2007

Kalau melihat Ibu Mega, diam adalah emas. Di tahun 2009, apakah memang dibutuhkan figur seperti itu, Pak Wimar?

2009 membutuhkan figur seperti SBY yaitu santun, decent, baik tapi mempunyai ketajaman mengambil keputusan dan kemampuan untuk berkomunikasi dengan publik mengenai program bukan mengenai persona. Jadi, saya tidak melihat dari Megawati itu bagaimana tapi dari apa yang diperlukan di tahun 2009. Kalau Anda tanya Megawati, Megawati sangat bagus dalam statement yang umum, mendasar seperti ’Saya bersedia menjadi presiden’, ’NKRI harus dipertahankan’, ’Aceh harus merdeka’ , tapi kalau operasional dia menjadi kurang efektif.

Kalau melihat frustasi masyarakat terhadap figur SBY sehingga kemudian dalam beberapa bulan terakhir muncul figur-figur alternatif. Bagaimana Anda melihatnya?

Frustasinya sebenarnya bukan pada SBY tapi terhadap pasangan SBY-JK ataupun terhadap pemerintahan SBY-JK. Ingat, sebelum SBY berpasangan dengan Jusuf Kalla,
dia sangat menginspirasi masyarakat. Sangat populer bahkan bisa dapat suara penduduk, suara popular vote sampai 68% sebelum dia berpasangan dengan Jusuf Kalla. Setelah dia berkantor dengan wakil presiden macam itu maka dia menjadi kehilangan dukungan. Jadi, menurut saya SBY masih dipercaya atau sekurang-kurangnya beginilah alternatifnya, siapa yang Anda sebut itu, Megawati, Surya Paloh, Sutiyoso, Jusuf Kalla, .

Wimar Witoelar.....

Wimar Witoelar barangkali. Saya nggak sebutkan Wimar Witoelar dulu. Secara jujur calon-calon tadi, apakah lebih menarik dari SBY? Menurut saya, SBY masih bisa di-repackage, di-reformat dengan seorang Wakil Presiden yang efektif.

Nah, kalau kemudian misalnya dipasangkan dengan Megawati, SBY-Megawati, apakah akan menjadi...?

Aduh, apakah kita lupa bahwa Megawati adalah presiden yang gagal? Dia jadi calon kalah, jadi pemerintah korupsi meningkat, kredibilitas turun, militerisme bangkit. Kita jangan lupa baru beberapa tahun Megawati itu presiden yang gagal. Kalau SBY itu presiden yang masih dalam penilaian. Sekurang-kurangnya kalau dia bisa memanfaatkan waktu sampai dengan 2009 menunjukkan itikad politiknya, dia bisa dipercaya. Tinggal dia panggil orang-orang yang bisa dipercaya untuk mengkomunikasikan keberpihakan politik, kecintaan pada rakyat dan strategi komunikasi yang baik.

Dan keberanian mengambil keputusan.

Betul, keberanian mengambil keputusan juga dari staf support. Saya tidak berani mengambil keputusan apa-apa kalau staf saya tidak mendukung sepenuhnya. Jadi, dia harus punya staf yang mendukung sepenuhnya. Ada Marsilam tapi dia di balik layar. Kalau Jusuf Kalla kan tidak mendukung malah menjegal terus-terusan.

Nah, ini kembali soal komunikasi politik Mega. Kemarin PDI Perjuangan jujur saya bahwa itu adalah partai yang sangat besar....

Besar banyak orangnya ya bukan besar dalam arti lain.

Ya artinya bahwa pemilihnya juga banyak

Tapi kan kalah sama Partai Demokrat.

Nah, kalau melihat seperti itu, jadi potensi Mega untuk maju 2009?

Saya tidak ingin memutuskan harapan orang. Saya kira baguslah ada yang mau maju daripada hanya ngomel-ngomel di belakang. Tapi kalau saya diminta gabung dengan Megawati, saya rasa, saya akan tidak bisa. Karena terlalu jauh dari kebutuhan orang Indonesia. Dia presiden yang gagal kok. Orang baik tapi presiden yang gagal.




Megawati Soekarnoputri atau umum dikenal sebagai Mega (lahir di Yogyakarta, 23 Januari 1947; umur 64 tahun) adalah Presiden Indonesia yang kelima yang menjabat sejak 23 Juli 2001 – 20 Oktober 2004. Ia merupakan presiden wanita Indonesia pertama dan anak presiden Indonesia pertama yang mengikuti jejak ayahnya menjadi presiden. Pada 20 September 2004, ia kalah oleh Susilo Bambang Yudhoyono dalam tahap kedua pemilu presiden 2004.

Ia menjadi presiden setelah MPR mengadakan Sidang Istimewa MPR pada tahun 2001. Sidang Istimewa MPR diadakan dalam menanggapi langkah Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang membekukan lembaga MPR/DPR dan Partai Golkar. Ia dilantik pada 23 Juli 2001. Sebelumnya dari tahun 1999-2001, ia menjabat Wakil Presiden di bawah Gus Dur.

Megawati juga merupakan ketua umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) sejak memisahkan diri dari Partai Demokrasi Indonesia pada tahun 1999.